Bangga Menjadi Hindu

Jumat, 22 Juni 2018

Pawetonan


Kata Kunci :
·        Pawetonan
·        Karma Wesana
·        Reinkarnasi
·        Samsara
·        Moksa
·        Tri Rna
·        Yadnya
·        Suddhi Wadani
·        Budi Pekerti



Om Swastyastu
Kembali lagi di blog Bangga Menjadi Hindu. Nah, kali ini saya akan membahas mengenai PAWETONAN. Mungkin kalian sudah tau apa itu pawetonan. Disini saya akan menjelaskan makna upacara pawetonan secara mendalam. Yukk langsung saja disimak !!!
Upacara manusa yadnya pawetonan ini dirayakan setiap 6 bulan sekali atau 210 hari sekali. Hmm, sudahkah anda menerapkan di dalam kehidupan anda kawan? Sebelum lebih jauh lagi, apa kalian tahu asal kata pawetonan? Pawetonan berasal dari kata “wetu” yang artinya lahir ke dunia (reinkarnasi)  yang selanjutnya mendapat awalan pe dan akhiran an sehingga menjadi pawetuan, kemudian terjadi persenyawaan huruf vokal maka menjadi kata pawetonan.
Menurut pandangan ajaran agama Hindu yang tercantum dalam Kitab Sarassamuscaya, kelahiran kembali menjadi manusia sangat untung dan mulia, ya walaupun masih membawa Karma Wasana dari kehidupan yang terdahulu, namun kelahiran menjadi seorang manusia lebih baik daripada lahir menjadi binatang ataupun tumbuhan lho. Mengapa? Karena lahir menjadi manusia, kita dipengaruhi oleh Tri Pramana (sabda, bayu, idep) yang kenyatannya melebihi makhluk lain.
Sesungguhnya hari lahir ke dunia bagaikan jalan by pass dari alam akhirat ke alam fana, yang merupakan suatu kesempatan untuk memperbaiki  karma wasana dari kehidupan yang dulu. Lahir kembali ke dunia menjadi makhluk hidup sebenarnya tergantung kepada karmanya masing-masing roh, ada yang mengambil wujud manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini akan dapat diketahui secara nyata berdasarkan penelitian dan penganalisaan dan juga kepercayaan tehadap ajaran Hindu yang disebut dengan Samsara. Misalnya, seorang manusia yang lahir namun memiliki sifat seperti binatang. Maka yang demikianlah memerlukan upacara pawetonan khusus  sebagai penetralisir yang disebut dengan “Bebayuhan Oton”, karena kata bayuh berarti bayah yang bermaksud untuk menetralisir sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia. Demikian juga roh manusia pun dapat bersemayam dalam tubuh binatang yang disebabkan oleh semasa hidupnya selalu berbuat buruk/jahat (asubha karma). Maka dari itu, dilakukanlah upacara pawetonan yang dimana upakara pawetonan tersebut telah mengandung kekuatan magis, dimana kekuatan magisnya sebagai penetralisir kekuatan-kekuatan magis manusia yang cenderung berbuat Asubha Karma untuk dikendalikan ke arah Subha Karma agar selaras dan seimbang dengan Bhuwana Agung sesuai dengan swadharmanya sebagai seorang manusia.
Penting untuk diketahui, bahwa manusia yang lahir ke dunia terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
1.      Unsur Hyang Widhi dengan adanya atma, sehingga manusia tampak hidup dan memiliki kekuatan supranatural, intuisi, perasaan bahagia, tentram damai dan memiliki pikiran yang suci.
2.      Unsur Dewa (Dewa Oton) dengan adanya jiwa manusia sebagai badan penyebab, menyebabkan manusia bisa beraktivitas, memiliki perasaan gembira dan suka, memiliki kebijaksanaan/kharisma dan bisa mengasihi.
3.      Unsur Karma Wasana dari kehidupan terdahulu, sehingga manusia memiliki perasaan sedih, dapat menangis, sabar, dengan adanya pitara.
4.       Unsur Panca Maha Bhuta, dengan adanya sosok tubuh manusia, manusia bisa saja mengalami kegelapan atau kebingungan (Unsur Bhuta), bisa marah (Unsur Kala), dan bisa sakit (Unsur Durga). Hal inilah yang mempunyai pengaruh cukup besar sehingga manusia dapat berbuat adharma (Asubha Karma).
Semua unsur inilah yang mempengaruhi sikap positif maupun negatif pada manusia. Pengaruh ini tercermin dalam Tri Kaya Parisudha,maka petunjuk ajaran suci ini haruslah diamalkan melalui ajaran Catur Marga Yoga.
Jadi apa makna dan fungsi upacara pawetonan yang kita laksankan setiap 6 bulan sekali tersebut? Berikut ini fungsi sekaligus makna dari upacara pawetonan :
1.      Upacara pawetonan memiliki nilai dasar kelepasan (Moksa)
Pada dasarnya manusia yang lahir ke dunia masih dipengaruhi oleh karma wasana yang terdahulu. Maka, manusia yang lahir ke dunia haruslah dapat memperbaiki karma wasananya menjadi lebih baik. Dengan demikian, maka roh yang ada di dalam diri manusia dapat kembali menjadi jiwa yang nantinya akan dapat bersatu dengan atma yang disebut dengan jiwatman. Setelah selesai menjalankan tugasnya di dunia maka jiwatman akan kembali kepada Sang Pencipta yaitu dengan wujud Parama Atman, inilah yang dikatakan moksa.
2.      Upacara pawetonan sebagai pembayar utang (Rna) dan peleburan dosa.
Tri Rna yang berhubungan dengan upacara pawetonan yaitu Pitra Rna, karena menurut pandangan agama hindu orang yang lahir di dalam suatu keluarga, roh leluhur (dewa pitara) dalam keluarga tersebut pun ikut lahir kembali yang nantinya menuntut kewajiban kepada sentananya  agar selalu berbuat kebaikan. Jika seorang sentana sudah dapat berbuat kebaikan semasa hidupnya, maka pahala yang didapat dari berbuat kebajikan itu nantinya akan mempengaruhi peleburan dosa roh leluhurnya maupun leluhur yang masih ada di dunia seperti ayah,ibu, kakek,nenek,dll.
3.       Upacara pawetonan sebagai persembahan/yadnya (korban suci) ke hadapan roh leluhur
Telah saya jelaskan diatas, bahwa dalam pelaksanaan pawetonan tersebut sebagai pembayaran hutang yaitu Pitra Rna yang diimplementasikan dalam upacara manusa yadnya. Pelaksanaan yadnya ini tentunya harus didasarkan atas hati yang tulus ikhlas.
4.      Upacara pawetonan sebagai faktor penyucian diri (Suddhi Wadani)
Upacara pawetonan juga memiliki makna dan fungsi penyucian diri baik secara jasmani maupun rohani, karena upacara pawetonan memiliki kekuatan magis. Dengan upacara pawetonan unsur-unsur kejiwaannya akan disucikan oleh kekuatan upacara tersebut, sehingga keseimbangan dan keserasian unsur-unsur kejiwaannya akan dikembalikan seperti kedudukan semula, keadaan ini dicerminkan dengan adanya perasaan bahagia, tenang bagi yang diupacarai, seperti slogan dalam Bahasa Bali “demen atine buka cara otonin”.
5.      Upacara pawetonan sebagai etos pendidikan Budi Pekerti
Upacara pawetonan dikatakan sebagi etos pendidikan Budi Pekerti karena pawetonan mengandung etika yang dicerminkan terhadap aturan-aturan (sesana-sesana) yang digunakan sebagai etos pendidikan Budi Pekerti yang diantaranya Aji Sesana (aturan sebagai seorang ayah) dan Putra Sesana (aturan sebagai seorang anak). Untuk dapat mengambil maknanya mengenai etos pendidikan Budi Pekerti dalam pelaksanaan upacara pawetonan, berikut saya cantumkan salah satu petikan dari sumber ajaran Hindu :
                        Kamannata Pita Cainam,
                        Yudut Pada Yato Mithah.
                        Sambhutim Tasya Tam,
                        Widya Dyona Wabhija Yate.
                        Acarya Ryas Twasya Yan Jatim,
Widhi Wad Weda Paragah.
Utpadayati Sawitrya,
Sa Satyasa Jara Mara.
Utpadakabrah Madrator,
Gariyan Brahmadahpita.
Pretyaceha Ca Ca Cwatam.
                                                            (Silakrama hal. 25)
Yang artinya :
Ibu dan bapak melahirkan karena nafsu birahi, maka ia lahir dari perut, ketahuilah inilah kelahiran jasmani, namun kelahiran yang berdasarkan pentasbihan dari Acarya (Guru Spiritual) yang telah lahir dari Weda (Pawetonan), itulah kelahiran yang sebenarnya, yang utuh dan abadi (Ajaramara).
Di era globalisasi seperti ini, kita harus tetap menjaga kepribadian sebagai umat beragama yang baik, menjunjung nilai-nilai keagamaan, dan tentunya kita harus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari ya kawan! Di zaman sekarang yang semakin maju, budaya seperti pawetonan semakin ditinggalkan oleh masyarakat karena berbagai alasan diantaranya malas membuat upakara pawetonan dan lebih senang mengambil kegiatan yang mudah dan praktis dengan mengadakan pesta ulang tahun, padahal pesta ulang tahun diluar kepercayaan Hindu.
Jadi, dapat saya simpulkan bahwa upacara pawetonan tersebut sangatlah penting dilakukan bagi setiap umat Hindu karena upacara tersebut memiliki magis sebagai penetralisir Asubha Karma agar manusia memiliki keseimbangan dengan Tuhan, keseimbangan dengan lingkungan, keseimbangan dengan sesama manusia. Disamping itu upacara pawetonan memiliki fungsi penyucian secara lahir batin yang memiliki tujuan untuk mencapai kedamaian di hati, dunia dan akhirat nantinya. Sesuai dengan ajaran suci agama Hindu, setiap umatnya selalu dituntut untuk berbuat kebajikan selama hidupnya, tetapi ada saja jerat sebagai mayanya Sang Hyang Widhi untuk menguji jati diri manusia di dunia ini. Nah, sekarang tergantung sikap dari manusia itu sendiri untuk menyikapi jerat tersebut agar mampu melepaskan diri dari jerat tersebut, termasuk salah satu caranya yaitu dengan melaksanakan dan mengamalkan upacara pawetonan dalam kehidupannya.
Baik kawanku sedharma, sekian dulu ya blog tentang pawetonan ini. Sampai jumpa lagi di blog saya yang berikutnya.
 Om Santih, Santih, Santih Om.

24 komentar:

  1. Wahh sangat mendetail, makasi infonya kak🙏

    BalasHapus
  2. Sangat bermanfaat, terimkasih infonya

    BalasHapus
  3. Infonya sanagt bermanfaat dan menarik

    BalasHapus
  4. Jadi jelas makna pawetonan...thx min

    BalasHapus
  5. Tata bahasanya bagus, penjelasannya juga lengkap. Sekarang baru tahu makna otonan yang sebenarnya. Terimakasih😊😊

    BalasHapus